Upacara labuhan adalah kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta, kata Labuh yang berarti “Larung” atau bermakna membuang sesuatu dengan tujuan tertentu. Upacara ini adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus memperinganti jumenengan tinggalan Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X.
Upacara Labuhan biasanya dilakukan dalam beberapa tempat diantaranya adalah Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Cara dan sesaji yang di berikan pun berbeda beda dalam tiap tempat upacara itu dilakukan, seperti hal nya di Pantai Parangkusumo yaitu dengan cara melepas sesaji kedalam air laut. Berbeda dengan prosesi upacara yang di Gunug Merapi dan Lawu, sesaji hanya di letakan pada tempat yang di percayai ada nilai historis nya dengan pihak Keraton Yogyakarta. Alasan mengapa tempat tersebut dilakukan upacara labuhan adalah dipercaya bahwa raja-raja Mataram dahulu terutama Panembahan Senopati bertapa dan terkoneksi dengan leluhur yang ada di tempat tersebut, lalu muncul kepercayaan setiap raja yang berkuasa berkewajiban merawat hubungan relasi tersebut melalui upacara labuhan sesaji.
Pada awalnya Keraton Yogyakarta melakukan upacara labuhan ini, satu hari setelah Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi Sultan Hamengku Buwono (HB) I, pada tahun 1755. Lalu, seiring berjalannya waktu upacara ini dilakukan kepada penerusnya.
תגובות